Diposkan pada Opini

Semakin Diulang Semakin Lancar

Pagi ini Yahya nampak malas-malasan ketika masih memiliki tanggungan praktik tilawah Al-Qur’an. Soalnya targetnya hari Jumat belum terbaca kemarin. Jadilah hari Sabtu ini waktunya dia bersantai digunakan untuk mengejar target tersebut.

Setiap kali dia mampu membaca satu ayat dengan lancar, terlihat wajah berbunga-bunga ingin segera masuk ke ayat-ayat berikutnya. Namun saya memintanya untuk mengulang ayat yang berhasil dia lewati dengan baik tersebut. Merengutlah roman mukanya, tanda gak suka.

Lanjutkan membaca “Semakin Diulang Semakin Lancar”
Diposkan pada Opini

Jangan Buru-buru Menyimpulkan

Di sebuah pertemuan dengan teman-teman alumni di luar kota, terbersit rasa kangen dengan suasana kotanya yang ramai, lalu meluncurlah sebuah kalimat, “Melihat suasana kota seramai ini, insting dagangku bangkit kembali.” Dikoreksilah kalimat tersebut oleh seorang teman, “Bukan insting, tapi feeling. Insting untuk binatang, adapun feeling untuk manusia.”

Saya hanya mengiyakan. Sambil dicatat dalam hati, “Nanti coba saya cek sendiri, apa memang demikian makna dan aturan pemakaiannya dalam kalimat?” Di kesempatan lain malah komentar beliau lebih pedas, “Jijik sekali memakai kata insting untuk manusia.”

Ketika sampai di rumah, rasa penasaran pun dapat tercurahkan: mencari makna insting dan feeling. Hasilnya sebagai berikut:

Lanjutkan membaca “Jangan Buru-buru Menyimpulkan”
Diposkan pada Opini

Dakwah itu di Pelosok, Kalau Masih di Kota itu Namanya Nyari Nafkah

Begitulah komentar seorang teman ketika melihat fenomena dakwah saat ini. Barangkali pemikiran tersebut dilatarbelakangi keterbatasan luar biasa akses dakwah di pelosok-pelosok negeri, dimana transportasi masih terbilang sulit dan jaringan internet hanya sebatas cerita sanak saudara yang mudik dari kota.

Namun benarkah konsep berpikir demikian? Mari ikuti catatan saya berikut:

Lanjutkan membaca “Dakwah itu di Pelosok, Kalau Masih di Kota itu Namanya Nyari Nafkah”
Diposkan pada Opini

Fenomena Pawang Hujan

Fenomena pawang di area sirkuit memang patut untuk diingkari -tanpa memandang bu pawang berasal dari agama mana dan apapun motivasinya diviralkan media berita-. Karena menjadi pawang hujan dengan segala aktivitas sesajiannya termasuk perbuatan syirik dalam ibadah dan rububiyyah. Betapa banyak yang berkelakar saat di daerahnya ada hujan besar, apakah di Kalimantan atau pun tempat lain, “ini hujan kiriman/pindahan dari mbak Rara,” perkara yang ringan di lisan/tulisan, tapi hakikatnya menafikan keyakinan pada rububiyyah Allah, Dia semata yang kuasa memindahkan hujan. Entah mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu.

Lanjutkan membaca “Fenomena Pawang Hujan”
Diposkan pada Opini

Dasar Covidiot, Dasar OKB (Orang Kepala Batu)

Begini saudaraku yang budiman, ana perhatikan mereka yang abai terhadap prokes itu bukan hanya orang yang udah lama ngaji, sehingga tahan ejekan dan cacian. Tapi juga masyarakat awam dan berada di luar kajian salafi.

Ana kuatir, ini akan berimbas kepada dakwah sendiri. Sudah dikebiri, malah akan semakin dikebiri karena lisan kita yang tajam. Ana rasa kita sudah faham hadis Arab Badui yang kencing di masjid lalu hampir dikerasin oleh para sahabat, sehingga setelah dinasihati dengan baik oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam, jadinya dia berdoa:

Lanjutkan membaca “Dasar Covidiot, Dasar OKB (Orang Kepala Batu)”